Seorang pujangga sastra arab mengatakan :“Al Ummi Madrasatul Kubro” artinya : Ibu itu adalah Madrasah (pusat pendidikan) anak terbesar.
Ibu ini adalah madrasah terbesar, lebih besar dari Al Azhar mesir, lebih besar dari Harvard di amerika, lebih besar dari Universitas Indonesia, lebih besar dari gontor, lebih besar dari seluruh pesantren terbaik di dunia.
Terbinanya anak kita dirumah bukan bergantung pada laki-lakinya yaitu bergantung pada kesholehan ibunya. Dalam Quran diterangkan :“Tanah yang subur akan tumbuh daripada tanaman yang subur pula, Tanah yang gersang jangan diharapkan tumbuh tanaman yang baik melainkan yang gersang pula.”
Menurut tafsir ulama bahwa ayat ini yang dimaksudkan tanah dalam ayat ini adalah adalah wanita. Bersumber dari wanita yang sholeh ini akan lahir dan tumbuh anak-anak yang sholeh. Namun bersumber dari wanita yang tidak baik jangan harapkan lahir dan tumbuh anak yang baik melainkan anak yang tidak baik pula sebagaimana tanah yang gersang tidak akan tumbuh tumbuhan yang baik melainkan yang gersang pula.
Suami boleh Nabi atau boleh Wali, tetapi istrinya tidak benar, bukan dari orang yang baik, jangan harapkan anaknya akan baik. Suami boleh peminum dan pemabuk, tetapi kalau isteri masih tegar dalam agama, masih bisa diharapkan untuk mendapatkan anak dan keturunan yang baik :
Nuh AS seorang Nabi, lihat bagaimana anaknya. Ketika Nuh AS panggil anaknya untuk naik ke dalam kapal untuk diselamatkan karena semuanya akan Allah tenggelamkan. Tetapi apa kata anak Nuh AS ? dia menolak daripada perintah ayahnya dan memilih untuk naik ke atas gunung agar selamat dari air, yang akhirnya gunungpun Allah tenggelamkan.
Beda dengan Ibrahim AS, lihat bagaimana anaknya. Nabi Ibrahim AS bercerita kepada Ismail tentang mimpinya yang Haq bahwa dia bermimpi diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya ismail. Nabi Ibrahim AS bertanya kepada ismail, “Bagaimana pendapatmu tentang mimpi ini ?” Nabi Ibrahim AS menanyakan pendapat anaknya ini bukan untuk bermusyawarah, karena perintah Allah tidak boleh dimusyawarahkan, tetapi untuk menguji keimanan daripada Ismail AS. Ini karena setuju atau tidak setuju pasti akan tetap disembelih juga.
Namun sungguh mengejutkan jawaban dari Ismail AS ini, “Wahai ayah kerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, maka engkau akan mendapatkan aku sebagai orang yang sabar.” Perbedaannya :Anak Nuh AS dipanggil ayahnya untuk diselamatkan dia malah menolak = Mati. Ismail AS dipanggil Ibrahim AS untuk disembelih, dia taat = Allah Selamatkan. Padahal Ismail AS ini jauh dari ayahnya, ditinggalkan di padang pasir bersama ibunya, tidak berjumpa dengan ayahnya bertahun-tahun, sekali berjumpa ayahnya hendak menyembelihnya.
Beda dengan Nuh AS, anaknya hidup dengannya satu rumah, namun mengapa anaknya Nuh AS tidak taat kepada ayahnya, sementara ismail jauh dari ayahnya tapi mau taat kepada ayahnya, apa yang membedakannya ? padahal sama-sama anak Nabi, dan bapaknya bahkan termasuk Ulul Azmi.
Perbedaannya adalah istri atau ibu mereka :Anak Nuh AS, Kan’an, dididik oleh ibu yang tidak baik, tidak punya agama. Anak Ibrahim AS, Ismail AS dididik, oleh ibu yang sholehah, ibu yang tegar dalam agama. Inilah pentingnya peran ibu dalam keberhasilan pendidikan anak tersebut.
Sumber: Bayan Masturoh Ustadz Luthfi (by Fikir sesaat untuk Agama)
0 Response to "Ibu itu Adalah Madrasah Terbesar bagi Sang Anak"
Post a Comment