Sang Perusak Tertib Dakwah

Dulu.....orang berdakwah itu sangat tertib. Keluar masjid saja kalau nggak perlu nggak boleh. Jika butuh apa apa nitip petugas khidmad. Harus ijin amir. Nggak boleh pulang / ketemu keluarga. Jika sampai ketemu keluarga masa keluar jadi batal. Harus ngulang dari awal.

Kejam kah?

Tidak!

Semua tertib dibuat agar terbentuk sifat. Kayak antum bikin tempe kalau nggak dibungkus karakep, terlalu sering dibuka nggak jadi tempe. Kayak antum opname di RS, mau ke mana saja ijin dokter. Jika anda opname terus nongkrong di luar....apa jadinya. Bukan malah sembuh malah jadi kadreng*
Dulu, dipoto orang menghindar. Juga nggak perlu masuk koran. Dakwah dilakukan dalam senyap. Kayap semboyannya bang Kimin talk less do more.

Sekarang jaman gadget. Keluar dakwah sambil selfie. Semua kegiatan direkam dan diliput. Atas nama dakwah semua disebar. Tapi pertanyaannya, apakah semua tang telah dilakukan itu melalui "musyawarah" ?

Dakwah tabligh amalan istimaiyat. Semua via musyawarah. Tidak boleh pakai akal dan hawa nafsu. Rombongan yang lagi door to door saja yang boleh ngomong hanya mutakalim. Yang lain diam kecuali diijinkan amir. Lha ini semua meliput. Semua teriak. Bikin majlis sendiri di dunia maya. Hidayah macam apa yang akan dicari?

Mungkin saat ini tidak ada larangan untuk berbuat itu semua. Tapi yakinlah...untuk kerja yang nyata maka dakwah kepada orang nyata. Ngomongnya nyata. Hidayah nya nyata. Pahalanya nyata. Jamaah nya nyata.

Sedangkan dakwah di dunia maya, orangnya maya (bisa jadi mesin), ngomongnya juga maya (pakai kibot), jamaahnya maya, jangan-jangan entar hidayah dan pahalanya juga maya.

‪#‎SelfReminder‬

Sumber; Witono


hardi witono

5 Responses to "Sang Perusak Tertib Dakwah"