Clurit Preman Jatuh Seketika, Ketika Da'i Ucapkan Lailahaillallah

Clurit Preman Jatuh Seketika, Ketika Da'i Ucapkan Lailahaillallah
Nama beliau adalah Untung (karkun), seorang
security. Beliau datang ke camp (Sungai
Rungau Mill, Sampit, 2004) 6 bulan
setelah kami disana. Rupanya beliau
masuk kerja pada gelombang kedua.
Usianya kira2 35 tahun, tinggi, agak kurus, wajahnya masih ada bekas
sangar namun lembut. Seorang teman
ceritakan kalau beliau ini dulunya
adalah mantan preman di Sampit.


Kedatangannya di camp membawa
perubahan yang berarti. Beliau menjadi
peserta pelatihan terbaik dan menjadi
kepala security.
Hal ini sempat
menyebabkan kecemburuan security
senior, namun beliau mampu menciptakan suasana kooperatif antar
rekan kerja.
Beliau juga mampu
menangani permasalahan sopir kepala
sawit. Saat itu banyak sopir melanggar
peraturan perusahaan, bahkan
membawa celurit dan menantang siapapun yang berani menegurnya.
Kehadiran beliau mampu menciptakan
suasana kondusif, walaupun sempat
terjadi drama yang menegangkan,
dimana beliau dalam kondisi antara
hidup atau mati berhadapan satu lawan satu dengan pimpinan sopir
tersebut.
Oleh teman-temannya beliau
biasa dipanggil Letnan Untung.
Aktivis Dakwah
Yang paling hebat beliau-lah yang
menghidupkan amalan masjid dan
menghidupkan dakwah di camp.
Masih
ingat saat kami sedang santai bersama
rekan2 menikmati waktu libur, saat waktu sholat tiba, beliau sering muncul
di depan pintu "Allah Kariim, waktu
sholat telah tiba, masjid sedang
kosong, malah ngumpul disini, ayo ke
masjid, petugas azannya belum ada".
Besok-besoknya saat diri sedang malas, rebah-rebahan setelah
mengumandangkan azan beliau
berkeliling rumah menjemput jemaah
sholat.
Jika pintu ditutup, beliau muncul
di jendela, "Allahu Kariim, itu Allah telah
memanggil malah asyik rebahan. Satu kali saja meninggalkan sholat, Azabnya
80 tahun di neraka, dimana 1 tahun
akhirat sama dengan 1.000 tahun
dunia. Ayo ke masjid!".
Jika sudah di
masjid beliau sambut "Masya Allah,
Allah sangat senang dengan hambaNya yang memuliakan masjid.
Mudah2an Istiqomah".
Jika saat subuh
beliau gedor-gedor pintu kami, gak
akan berhenti kalau kami belum
memberikan tanda bangun. Kadang2
begitu juga jika saat Tahajjud.
Sejak kehadiran beliau, masjid jadi
penuh. Beliau tekankan untuk
mengerjakan sholat dengan 3 tertib ala
Rasulullah. Tertib cara, tertib tempat,
dan tertib waktu. Yaitu Berjamaah, di
Masjid, dan di Awal waktu. Diajarkan mengajak yang lain (dakwah) dan
menghidupkan sunnah 24 jam, dari
yang besar sampai yang kecil seperti
sunnah makan, sunnah minum, dst.
Masjid hidup 5 amalan yaitu Dakwah,
Ta'lim, Dzikir, Musyawarah, dan Khidmat. Alhamdulillah, didatangkan
seorang Tahfiz Quran (Ustadz Khairi)
untuk menjadi takmir di Masjid.
Kemudian bermunculan aktivis
dakwah2 lainnya, ada aktivis lama
yang baru semangat sejak kemunculan pak Untung, ada yang benar2 baru.
Anak2 pun setiap ashar belajar mengaji
di masjid, bersama Ustadz Khairi dan
kami2 yang membantu sedikit2.
Kelembutan Beliau
Setelah membangunkan kami saat
Tahajjud, pak Untung tahajjud di
masjid. Seringkali saya lihat beliau
menangis dalam tahajjudnya. Terisak-
isak, tersedu-sedu, bahkan kadang2 tersungkur. Kadang2 seperti itu juga
dalam sholat berjamaahnya.
Pernah
beliau diminta menjadi khatib, beliau
membahas mengenai taubatan Nasuha,
beliau menangis, dan separuh jamaah
berlinangan air mata. "Bahkan Rasulullah saja, meminta ampun
kepada Allah 100x setiap hari, lalu
bagaimana dengan kita yang tidak ada
jaminan akan keselamatan di akhirat
kelak?"
Sangat senang jika berbincang-
bincang kepada beliau. Banyak ilmu
dan pelajaran yang bisa diambil.
Banyak sekali.
Namun tidak aka ada
cerita mengenai masa lalunya. Hanya
pernah sekali, dia ceritakan bahwa dia dulunya preman dan banyak dosa
sama Allah, banyak dosa ama anak dan
istri. Sekarang dia mau berubah,
karena Allah, Insya Allah. Ustadz
Untung, lembut saat sujud namun tegas
saat beraktivitas. Ketegasannya masih terasa di rumahnya, di rumahnya wajib
diadakan taklim keluarga (ayah, istri,
dan anak) setiap harinya. Minimal
dibacakan 1 ayat Quran atau 1 hadits
dan penjelasannya.
Harta Yang sangat Berharga
Anak beliau namanya Mustaqim,
usianya 8 tahun. Rupanya sangat
tampan sekali. Mirip ayahnya ternyata.
Usia segitu sudah sangat taat
beribadah kepada Allah. Terakhir bertemu dengannya tahun 2006 di
Pondok Tahfiz Banjarmasin. Saat ini
usianya telah 16 tahun, dan telah
selesai menghafalkan 30 Juz Al Quran.
Masya Allah.
Sebuah Rahasia - Kejadian Dramatis.
Ada sebuah rahasia yang tidak
diceritakan beliau kepada semua
orang. Yaitu kejadian pada saat beliau
menegur Udin saat melanggar aturan
perusahaan.
Udin ini adalah pimpinan dari para sopir dan terkenal akan
kehebatannya berkelahi. Sebelumnya
tidak ada satupun yang berani
menegurnya. Jangankan menegur,
mata yang agak lama memandang, bisa
ditampar olehnya. Satpam lain tidak berani menegurnya, dan menyerahkan
hal ini kepada Ustadz Untung.
Beliau
menegur udin, dan udin pun marah.
Udin berlari dari jarak 30 meter, siap
menghujamkan celurit ke Ustadz
Untung.
Beliau diam saja, kakinya
sedikit melebar dan tangannya
mengepal.
Tatapannya fokus, sikapnya
tenang. Tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun.
Ketika sudah sangat dekat,
sang jagoan menghentikan
serangannya.
"Kenapa kau tidak takut
kepadaku?, kajian (ilmu) apa yang
kamu punya?".
Ustadz Untung jawab
"Bagaimanapun saya harus menghadapi Anda, karena saya malu
jika takut kepada selain Allah, Laa
Ilaaha Illallah".
Prang!!, cluritnya jatuh,
sang jagoan
ambruk berlutut di depan Ustadz
Untung.
Tubuhnya bergetar dan
matanya berlinang.
Beliau
membangunkan dan memeluknya,
kemudian membisikkan sesuatu di telinganya. Entah apa yang beliau
katakan, yang pasti sejak saat itu Udin
menjadi teman akrabnya, mulai rajin
sholat, lebih berakhlak, dan sering
mengajak seluruh anak buahnya agar
sama2 sholat di masjid jika azan berkumandang.
Pengalamaan saat pertama kali
mengenal Allah, belajar agama, dan
membentuk Jamaah Khuruj Sungai
Rungau Mill, Seruyan, Sampit Km.105,
Tahun 2004.

0 Response to "Clurit Preman Jatuh Seketika, Ketika Da'i Ucapkan Lailahaillallah"

Post a Comment