Kamu Muhammdiyah atau Nu


Beberapa waktu yang lalu saya berjumpa dengan rekan saya ahbab / da’i yang pernah khuruj 4 bulan di Batam tahun 2002 dan di Pekanbaru tahun 2008 bersama saya. Namanya Zaid.
Kami pun bercengkrama sambil bersenda gurau bicara apa saja.

Singkat cerita, Zaid pun berkisah tentang pengalamannya ketika berdakwah 4 bulan di kota Lombok NTB 10 tahun silam, tepatnya tahun 2005 yang lalu.

Zaid berkisah waktu itu jemaah masuk di salah satu Masjid Muhammadiyah di Lombok. Jemaah diterima dengan sangat baik di Masjid Muhammdiyah itu. Setiap sholat, jemaah pun dipersilahkan untuk mengimami sholat .

Saat sholat, sang imam yang dipersilahkan tadi pun sholat mengikuti tata cara sholat sebagaimana biasa di masjid itu. Misalnya seperti tidak membaca qunut saat sholat subuh, tidak berzikir dan berdoa dengan suara yang keras , tidak bersalaman seusai sholat. Ustadz-ustadz dan orang-orang Muhammadiyah pun sangat senang dengan kehadiran jemaah.

Setelah tiga hari I’tikaf dan membuat program dakwah di Masjid Muhammadiyah itu, Jemaah pun berpindah ke kampong sebelah yang tidak begitu jauh dari tempat itu. Hanya berjarak sekitar beberapa ratus meter saja.

Masjid yang akan disinggahi ini adalah masjid orang NU, atau yang berpaham Mazhab Syafi’i. Jemaahpun diterima dengan sangat baik di Masjid itu. Jemaahpun selalu dipersilahkan untuk mengimami sholat.

Saat mengimami sholat, salah satu jemaah yang dipersilahkan tadipun mengimami sholat menurut kebiasaan di masjid NU tersebut. Jika sholat subuh memakai qunut, sehabis salam berzikir dan berdoa dengan suara yang keras, bersalaman seuasi sholat. Dan jemaah pun ikut program yasinan yang diadakan di masjid itu setiap malam jumat.

Melihat itu ada salah seorang yang bertanya pada salah satu jemaah kepada temanku Zaid. “Sebenarnya kalian ini orang NU apa Muhammdiyah sih ? Kemaren baru dari masjid Muhammdiyah, sekarang di Masjid NU, ikutan yasinan lagi ?” Mendengar itu temanku Zaid spontan menjawab “Saya Muhammad NU mas !” mendengar jawaban itu sontak keduanyapun tertawa. Wkwk pacman emoticon

Yah begitulah. Memang agak sukar jika ada yang bertanya Jemaah dakwah ini berpaham Muhammadiyah atau NU ? Karena pada kenyataannya Orang-orang Muhammdiyah pun sangat banyak yang ikut dakwah wa tabligh. Bahkan cucu Kh. Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Iftironi yang notabene pendiri Muhammadiyah pun sudah ikut andil dalam usaha dakwah wa tabligh.
Demikian juga sangat banyak orang-orang NU yang ikut usaha dakwah.

Dalam jemaah, kita dipersilahkan untuk menimba ilmu di mana saja. Boleh pada Muhammdiyah, boleh pada NU, boleh bermazhab syafi’I, Hanafi dll. Dan saat melakukan kegiatan dakwah tabligh, kita tidak diperkenankan membahas masalah khilafiah, masalah fiqih dll. Karena hal itu akan menimbulkan perpecahan.

Bayangkan saja jika ketika khuruj, kita membahas fiqih sholat dan taharoh misalnya. Yang mana dalam satu jemaah dakwah misalnya ada 10 orang , ada orang Muhammdiyah yang tidak bermazhab, ada orang NU yang bermazhab syafi’I, ada orang India yang bermazhab Hanafi dll, ada ahli tariqot dll. Pasti akan terjadi perdebatan dan kericuhan, karena setiap mazhab punya aturan tertentu.
Di dalam jemaah, kita diajarkan untuk saling menghargai perbedaan paham mazhab yang kita ikuti, namun tetap bersatu dalam dakwah.

Saya sendiri sewaktu kecil belajar mengaji dan sholat di Masjid Muhammadiyah. Namun keluarga saya mayoritas orang – orang NU.

Jadi kalo ada yang nanya “Kamu orang Muhammadiyah atau NU ?” Saya akan menjawab “Saya Muhammad NU

Sumber: Grup KD II

foto bayangan saya

0 Response to "Kamu Muhammdiyah atau Nu"

Post a Comment