Jaulah untuk Mengekalkan Hidayah yang Ada pada Diri Kita

Jaulah kami lakukan seperti biasa sebelum sholat maghrib. Saat tiba di sebuah rumah, terlihat beberapa pemuda sedang berkumpul, tercium dari aroma di rumah tersebut mereka baru saja minum-minuman keras.


Jaulah untuk Mengekalkan Hidayah yang Ada pada Diri Kita


Sang pemilik rumah keluar sempoyongan, dengan nada seorang yg mabuk dia mempersilahkan kami. Saat kami salami, tubuhnya sempoyongan hampirambruk. Maka kami pegangi dia dan kami peluk, kami sampaiakn bahwa kami adalah saudara dia, saudara yg terikat dalam satu kalimat yang sangat agung, yakni kalimat ‘laa ilaaha illallah’. Saat kami selesai ucapkan kalimat ‘laa ilaaha illallah, tiba-tiba dia melepaskan pegangan kami masuk kamar kemudian menangis sekeras-kerasnya hingga terdengar dari luar.

Setelah puas dia menangis, dia temui kami lagi kemudian mulailah dia berkisah bahwa dia dulu juga rajin sholat, sejak kecil rajin mengaji di surau-surau (musholla) dan bapaknya juga seorang ‘haji’. Dengan berjalannya waktu, dia akhirnyaterjebak di dunia hitam dan ditemani minum-minama keras serta berbagai macam keburukan yang lainnya.

Dia pun menceritakan kepada kami, bahwa dia sangat sangat sangat terharu, mengapa masih ada orang2 seperti kami masuk mau mendatangi dia, mau memeluknya dan masih merasa bersaudara dengannya. Padahal saat ini, banyak orang sekitarnya begitu membenci dirinya dan merasa jijik dengannya. Bahkan jika saja dia tidak ingat bahwa masjid di dekat rumahnya adalah ‘rumah Allah’, sudah dia niatkan akan dibakarnya dan dirusaknya. Seringkali di acara-acara pengajian, kalimat-kalimat yang menyakitkanbaginya keluar dari pengeras suara tertuju kepadanya. Cacian, celaan, makian, hinaan bahkan kalimat kutukan mengalir deras dari dalam masjid tertuju padanya dan kawan-kawannya. Hal tersebut bukannya membuat dia semakin sadar, bahkan sebaliknya membuatnya semakin jauh dari hidayah dan masjid.

Dia begitu terharu melihat kami, kemudian menangis lagi untuk kesekian kalinya. Dia terharu karena  melihat masih ada orang yang mau peduli dengannya, mendatanginya dengan penuturan yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Hal tersebut membuat dia berjanji untuk menemani kami di masjid. Itulah pertama kali dia datang ke masjid lagi setelah sekian lama dia jadi musuh masjid. Di antara temannya yang saat itu ada dan sadarpun, ada seorang yang mengaku dan merasa menjadi orang yg paling berdosa di kotanya, karena pengedar narkoba di kotanya yang paling sukses adalah dia. Dia niatkan untuk ikut bertaubat.

Lihatlah saudara-saudaraku, jika saja jaulah tidak jalan, apakah ada orang yang mau mendatanginya..? karena selama sekian puluh tahun mereka berkutat di dunia hitam, hanya orang-orang jaulah saja yang mau mendatanginya..

jika saja orang-orang yang berjaulah dimusuhi dan dilarang-larang, mampukah mereka mempertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, karena mereka telah menghalang-halangi hidayah tersebar di alam ini..?

sebagian di antara kita merasa sudah berdakwah dengan kalimat-kalimat celaan, cacian, makian dan berbagai kalimat kasar yang lainnya. Tanpa dia sadari, bahwa sesungguhnya kalimat-kalimat tersebut akan semakin menjauhkan manusia dari Tuhannya.

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu...” (QS Ali Imron;159)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS An Nahl;125)

Tetaplah semangat ber-jaulah (keliling) wahai saudara-saudaraku, walau aral dan rintangan menghadang, karena dengan jaulah tersebutlah sesungguhnya kita sedang berusaha mengekalkan hidayah yang ada pada diri kita danberusaha menjadi asbab tersebarnya hidayah di seluruh alam.. Insyaa Allah..

Related Posts :

2 Responses to "Jaulah untuk Mengekalkan Hidayah yang Ada pada Diri Kita "

  1. KERA PUN IKUT TAKLIM
    ini adalah awal perjalananku khurujfiisabilillah 40 hari
    kami berangkat dari ijtima' jakarta th 1989 dikirim kelampung
    Dari kota agung kami menyebrangi teluk semangka
    setelah mendarat perjalanan diteruskan dengan jalan kaki,
    ketika lelah kami istirahat dipinggir pantai didekat hutan.
    Allohuakbar, subhanalloh
    ratusan kera datang duduk menglilingi kami yang sedang taklim
    sampai taklim diakhiri untuk melanjutkan perjalanan fisabilillah

    ReplyDelete